Sabtu, 28 Mei 2016

10 Ide Nonfiksi yang Bisa Kamu Jadikan Sebuah Buku!

Pada lusa kemarin malam, tepatnya tanggal 27 Mei 2016, saya dan teman-teman sekelas mendapat tugas lagi oleh Coach KMO Indonesia yang mengajar, yakni menuliskan 10 ide nonfiksi. Secara garis besar contoh yang diberikan oleh Coach sendiri sebenarnya hanya ide-ide secara kasar, namun saya sungguh tidak keberatan untuk mengurai ide-ide nonfiksi saya sedikit lebih rinci.
Berikut adalah 10 ide nonfiksi yang muncul begitu saja dalam benak saya.

1. Pendidikan Moralitas Anak

Dalam buku ini mungkin saya akan membahas tentang aturan-aturan tak tertulis yang mesti dipelajari lalu diamalkan oleh anak-anak sekelas SD. Seperti mencium tangan orangtua sebelum berangkat sekolah, suka menolong teman-teman tanpa pamrih, irit serta tidak boros, dan sebagainya. Mungkin tidak saja untuk anak-anak SD, saya boleh jadi akan mengeluarkan buku pendidikan moralitas untuk para remaja pula. Semisal penerangan terhadap bahaya narkoba (obat-obatan terlarang), seks bebas, mengatasi broken home, dan mungkin sedikit bumbu tips-tips tentang cinta, para remaja senang sekali dengan persoalan satu ini.

2. Pendidikan Moralitas Orangtua

Terlepas dari pengajaran moralitas anak-anak, orangtua adalah peran terpenting dalam ranah keluarga. Jika moralitas orangtua saja bobrok, kurang baik, maka akan menambah persentase terwujudnya anak-anak yang bobrok pula. Maka pendidikan moralitas orangtua sangat diperlukan! Termasuk salah satunya: tata cara mendidik anak yang baik.
Mungkin untuk mewujudkan kedua poin ide nonfiksi di atas, saya akan menggandeng pakar psikolog yang berkualitas dalam bidangnya.

3. Perbekalan Ilmu EYD Dasar

Ini adalah persenjataan utama bagi para penulis yang baru hendak belajar untuk memulai karirnya. Saya sangat ingin membantu mereka dalam keilmuan yang saya geluti ini, meski saya juga belum bisa dikatakan profesional.

4. Tips-tips Menulis Fiksi

Nah, sama dengan urutan nomor 3. Saya juga akan membagi tips-tips yang saya ketahui terhadap kepenulisan fiksi.

5. Komputerisasi

Berangkat dari rasa ironis saya terhadap gagap teknologi di Indonesia, bahkan terhadap generasi mudanya. Saya ingin membangun hidup yang lebih maju nan modern. Kecanggihan teknologi membuat apapun menjadi lebih mudah bukan? Terlepas dari efek buruknya, tentu saja.

6. Origami

Saya sangat suka melipat kertas dan melihat prosesnya menjadi bentuk yang saya kehendaki. Entah itu hewan atau benda, semuanya terasa menyenangkan. Ini juga membantu imajinasi saya menjadi lebih 'liar'. Saya akan menulis tata cara membuat origami yang saya ketahui!

7. Mengubah Barang Bekas Menjadi Hiasan

Ini adalah cara terbaik menyingkirkan sampah plastik yang dikatakan butuh ratusan tahun untuk bisa terurai kembali oleh tanah. Maka mengubahnya menjadi hiasan kecil yang indah, pernak-pernik mungil, merupakan ide nonfiksi yang paling bermanfaat bagi umat manusia.

8. Tata Cara Menggambar Komik

Kalian perlu ketahui, selain menulis, saya juga sangat suka menggambar. Menorehkan pensil atau tinta pada kertas yang putih dan menciptanya menjadi gambar yang lucu, membuat saya asyik menghabiskan sisa waktu yang lapang. Terlepas dari semua kesenangan semata itu, jika ditekuni, dipelajari benar-benar, menggambar komik maka akan menghasilkan kepingan receh ke kantong.

9. Belajar Bahasa Jepang dan Inggris

Saya sangat suka berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda. Banyak pula bahasa dari Indonesia ini yang sudah saya pelajari sedikit-sedikit, seperti sunda, jawa, dan makassar. Mengucapkannya dalam aktivitas keseharian pun menjadikan dialog terasa unik. Begitu pula terhadap bahasa Jepang dan Inggris, mungkin akan saya buatkan buku saku pelajarannya. Itu juga kalau seandainya saya dapat mewujudkan impian saya menjadi penerjemah buku dari kedua bahasa tersebut. Meski saya juga tertarik terhadap bahasa Prancis juga. Oui, je l'aime.

10. Menanam Pohon

Entahlah. Banyak sekali hal yang saya suka di dunia ini, termasuk juga menanam pohon. Menurut saya buku nonfiksi semacam how to menanam pohon adalah hal yang dibutuhkan khalayak ramai pula. Karena selain saya, dapat dipastikan ada banyak sekali orang di luar sana yang suka menanam pohon. Melihat tempat yang ditumbuhi banyak pohon itu terasa sangat indah.

Itulah 10 ide nonfiksi yang ada dalam benak saya. Sebagiannya boleh jadi akan terwujudkan nanti, sebagiannya boleh jadi pula hanya ada dalam angan-angan saja dan tidak perbah terwujudkan. Semoga apapun yang terjadi, itu adalah kehendak terbaik-Nya. Saya hanya dapat berdoa serta berharap, tidak lupa sembari terus berusaha menggapai. :)

Kamis, 26 Mei 2016

Menulis Untuk Apa?

Menulis Untuk Apa?

Jika ada yang menanyakan pertanyaan tersebut, semua penulis dapat dipastikan mempunyai jawabannya masing-masing. Begitu pula dengan saya, Winata SilenceAngelo, seorang penulis remaja (yang masih perlu banyak belajar) pada akhirnya memutuskan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut saya, pertanyaan ini sangatlah menjebak meski aslinya simpel. Kenapa? Karena di telinga saya (entah kalau di telinga orang lain) terdengar seperti pertanyaan yang lucu. "Menulis untuk apa?" hampir sama dengan, "Bernapas untuk apa?". Sebutan apa yang lebih pantas ketimbang 'Pertanyaan yang Lucu'? Karena siapapun manusianya di muka bumi pasti bisa menjawab dengan beberapa kata saja--kecuali kalau dia masih seumur bayi atau otaknya mungkin konslet.
Tetapi, mungkin pertanyaan "Menulis untuk apa?" adalah pertanyaan yang boleh jadi tidak semua orang bisa menjawab. Sedikit berbeda dengan "Bernapas untuk apa?", karena manusia bernapas tentunya untuk tetap hidup--meski si penjawab tidak tahu jelas oksigen yang dihirupnya itu untuk apa, diproses dalam tubuh bagaimana, atau hal klinis lain. Tetapi jawaban "Bernapas untuk hidup!" itu sudah cukup mewakili semua hal rumit itu bukan?
Nah, meski sedikit sulit bagi para penulis semua untuk menjawab pertanyaan satu ini. Tetapi memang harus dijawab. Pertanyaan "Menulis untuk apa?" mempunyai arti yang lebih dalam bagi kehidupan seorang penulis. Termasuk saya.

"Menulis untuk apa?" sekali-kali pertanyaan itu datang maka seluruh tujuan hakiki seorang penulislah yang menjadi jawabannya. Selama ini kita menulis, menulis, dan terus menulis. Mencetak hitam di atas putih, mengetik papan keyboard komputer, menorehkan tinta pada lembar kertas, tetapi tidak punya tujuan? Maka buat apa selama ini melakukan hal tersebut? Sia-sia saja. Tinggalkan dunia kepenulisan jika kau memang tidak bisa menjawab pertanyaan satu ini. Karena artinya kau tidak punya tujuan dalam menulis. Tidak mendapatkan cintanya. Itulah inti permasalahan. Untuk apa melakukan sesuatu yang tidak didasari sebuah tujuan? Hanya orang bodoh yang melakukan itu.
"Menulis untuk apa?" pertanyaan ini, pada kesempatan ini, melalui sebuah kelas menulis bernama KMO Indonesia datang kepada saya, maka saya akan punya jawaban yang sama simpelnya untuk menjawab, "Menulis untuk hidup."
Ya, bagi seseorang yang memang sudah terlahir untuk mencintai dunia kepenulisan. Entah melewati kejadian apapun itu, melalui rintangan dan blokade, ia tidak akan berhenti untuk mencintai tulisan. Tulisan seperti hidup itu sendiri untuknya. Dan hal tersebut juga untuk saya, selain mungkin para penulis pendahulu dan penulis lain yang tidak saya kenal. Saya hidup untuk menulis. Dan menulis untuk hidup. Tidak ada penjelasan lain. Sesimpel itulah jawaban saya.

#Tugas1 #KMO_Indonesia